Beromset Rp100 Juta Per Bulan, Ini Kisah Lilis Bangun Rumah Impian dari Usaha Ternak Cacing

Rabu, 12 Maret 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Warning: mysqli_query(): (HY000/1114): The table ‘(temporary)’ is full in /home/u6998656/public_html/wp-includes/class-wpdb.php on line 2345

(Cacing kering, produk baru yang dikembangkan oleh Lilis)

Jakarta, 12 Maret 2025 – Banyak orang pasti merasa geli jika setiap hari harus bergelut dengan cacing tanah, bahkan mungkin merasa jijik. Namun tidak bagi Lilis Suhartini, ibu rumah tangga asal Pangalengan, Jawa Barat, ini justru melihat potensi besar cacing tanah sebagai komoditas yang sangat menjanjikan untuk meraup keuntungan.

“Usaha ini menjanjikan. Saya punya rumah sama kendaraan juga hasil dari sini,” ujar Lilis Suhartini dengan senyum merekah dan mata berbinar.

Lilis merupakan perempuan tangguh yang menjalankan usaha budidaya dan pemasok bubuk cacing. Setiap pagi, perempuan berusia 36 tahun ini memulai hari dengan memanen cacing yang dikembangbiakkan di pekarangan belakang rumahnya. Lahan itu tidak luas, namun omset ternak cacing ini bukan main-main. Setiap bulan, Lilis mampu meraup Rp100 juta.

Desa Margamekar, tempat Lilis tinggal, dikelilingi bukit dan pegunungan. Udara sejuk dan tanah yang hara unsur hara menunjang usaha pertanian dan peternakan, termasuk budidaya cacing yang dijalankan oleh Lilis.

Usaha ternak cacing yang dikelola Lilis pun menjadi bagian dari rantai alami. Cacing menjaga ekosistem dengan menyuburkan tanah, sementara limbah organik peternakan cacing bisa menjadi pupuk alami. Siklus ini menjadikan budidaya cacing sebagai usaha yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Lilis tidak sendiri. Dia mengelola peternakan cacing ini dengan sang suami, Hendi Rustandi. Mereka dibantu oleh dua karyawan untuk mengurus cacing yang diternak, mulai pembibitan hingga panen. Pengendalian mutu dilakukan sejak awal. Cacing yang dipanen dibawa ke rumah produksi yang terletak hanya beberapa langkah dari pekarangan belakang rumah Lilis.

Cacing-cacing yang telah dipanen dipisahkan dari tanah. Prosedur ini membutuhkan kesabaran dan ketelitian karena prosesnya dilakukan dengan cara tradisional. Pertama-tama, hasil panen ditumpuk menjadi seperti gunungan kecil. Cacing-cacing kemudian dipisahkan dari tanah secara manual dengan tangan.

Di tengah kesibukan proses pemilahan itu, Lilis bercerita mengenai alasannya memilih dan menekuni usaha budidaya cacing yang telah digeluti selama 13 tahun ini. Dia awalnya hanya menjual cacing hidup ke kenalannya yang bekerja di suatu pabrik farmasi. Namun, kenalannya menawarkan agar Lilis dan suaminya mengembangkan variasi produk, seperti cacing kering dan bubuk cacing.

“Pertamanya saya cuma kirim cacing hidup. Terus kenalan saya nanyain, ‘Ibu bisa nggak buat yang kering? Saya jawab, ‘nggak bisa’. Akhirnya, saya ditawari ikut penyuluhan. Setelah ikut penyuluhan selama satu bulan, saya langsung praktik dan ternyata hasilnya bagus. Dari situ, saya buat produk cacing kering sama yang bubuk,” jelas ibu dua anak ini.

Setelah cacing dipilah dengan telaten, Lilis mencucinya dengan air mengalir secara berulang kali hingga benar-benar bersih. Ia selalu memastikan cacing tetap segar sebelum direbus dalam air mendidih. Menurut Lilis, cacing segar merupakan kunci utama agar cacing dapat tahan lama.

Selama bertahun-tahun menjalankan usaha, Lilis melakukan pengeringan menggunakan oven berukuran sedang, yang membuat proses pengerjaan menjadi memakan banyak waktu dan berdampak pada kualitas yang dihasilkan.

Dia sempat mengajukan pembiayaan ke lembaga keuangan terdekat di desa untuk mendapatkan modal guna mengembangkan usaha, termasuk untuk membeli oven yang lebih besar. Akan tetapi ia tidak puas karena modal yang diterima tidak utuh. Ia harus menanggung potongan biaya administrasi yang lumayan besar.

Pada tahun 2023, Lilis diajak oleh tetangganya untuk bergabung dengan Amartha, sebuah perusahaan teknologi keuangan yang fokus menyalurkan akses permodalan kepada UMKM di Indonesia. Modal senilai Rp4 juta yang didapatkan tanpa potongan itu dimanfaatkan untuk membeli oven berkapasitas besar. Dengan begitu, kuantitas produksi Lilis meningkat. Dia juga merekrut dua karyawan tambahan guna memenuhi permintaan pelanggannya. Sekarang ia memiliki empat karyawan.

Begitu cacing kering sempurna, kemudian dipisahkan berdasarkan ukuran. Cacing berukuran kecil atau jenis Lumbricus rubellus dikirim ke pabrik farmasi. Per kilogram dihargai Rp200.000. Sayangnya setelah pengiriman, Lilis tidak bisa langsung mendapatkan pembayaran. Ia perlu menunggu satu hingga dua minggu karena pabrik perlu memeriksa kualitas cacing yang dikirimkan. Setelah dua minggu dan semua cacing dinyatakan layak, pembayaran baru bisa dilakukan. Hal ini menjadi tantangan tersendiri baginya. 

Sementara cacing berukuran besar atau jenis Perionyx excavates diolah menjadi bubuk cacing. Sebagian bubuk cacing dikirim ke produsen jamu di Jawa Tengah dan sebagian lainnya dijual di e-commerce. Satu kilogram bubuk cacing dihargai Rp250.000.

Sejak mendapatkan permodalan dari Amartha, Lilis juga mendapatkan pendampingan bisnis dan pelatihan keuangan digital dari tim Business Partner. Berkat pendampingan dan pelatihan, Lilis menjadi lebih percaya diri dalam menggunakan ponsel pintar sebagai sarana mengembangkan usaha dengan memanfaatkan e-commerce untuk menjangkau pembeli yang lebih luas.

“Ibu juga jualan di online buat yang bubuk cacing. Kalau online yang beli dari mana-mana. Pernah kirim ke Jawa Tengah. Ke Flores juga pernah. Ada yang pesan sekilo pun tetap Ibu layanin,” tuturnya.

Tahun ini adalah tahun ketiga Lilis menjadi pengusaha UMKM binaan Amartha. Ia bercita-cita memperdalam pengetahuannya di bidang teknologi digital agar usahanya dapat berkembang dan bisa memberdayakan lebih banyak masyarakat di sekitar tempat tinggalnya. 

=== SELESAI ===

Tentang Amartha

PT Amartha Mikro Fintek (Amartha) memiliki misi untuk mensejahterakan segmen akar rumput, melalui layanan keuangan digital bagi ekonomi akar rumput. 

Didirikan pada 2010, sekarang Amartha tumbuh membangun ekosistem keuangan mikro melalui permodalan, segmentasi risiko dan layanan pembayaran. Amartha memajukan ekonomi piramida bawah dengan meningkatkan daya saing kewirausahaan mikro dan kecil. Dengan demikian, kami memberdayakan lebih banyak UMKM perempuan, menciptakan lapangan kerja dan membangun pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif.

Hingga saat ini, Amartha yang berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), telah menyalurkan modal usaha lebih dari 23 triliun rupiah kepada 2,7 juta UMKM, di mana lebih dari 90 persen diantaranya dipimpin oleh perempuan, tersebar di lebih dari 50.000 desa di seluruh Indonesia.

www.amartha.com www.amartha.org

Berita Terkait

Galaxy A06 5G, Hape Dua Jutaan Gaming Lancar dan Makin Aman
Jakarta Bergetar, Ribuan Biker AEROX Banjiri Ruas Jalan Kota di Malam Hari
Perkuat Konektivitas Sepanjang Jalur Mudik, Indosat Ooredoo Hutchison Gelar Ekspedisi Jaringan Andal
Pertamina – Pindad Jalin Kerja Sama Tumbuhkan Ekosistem Industri Migas
Suzuki Sigap Tawarkan Solusi Free Towing Sebagai Wujud Kepedulian Terdampak Banjir di Bekasi
Samsung Galaxy S25 Series Bisa Ubah Foto, Teks, Sketsa Jadi Gambar
Sempat Ditutup, Jalur Kereta Api Antara Stasiun Gubug – Stasiun Karangjati Kembali Dibuka
RAFI 2025: Menteri ESDM Cek Langsung Stok dan Kualitas BBM di Baubau

Berita Terkait

Rabu, 12 Maret 2025 - 16:58 WIB

Galaxy A06 5G, Hape Dua Jutaan Gaming Lancar dan Makin Aman

Rabu, 12 Maret 2025 - 16:02 WIB

Jakarta Bergetar, Ribuan Biker AEROX Banjiri Ruas Jalan Kota di Malam Hari

Rabu, 12 Maret 2025 - 15:21 WIB

Beromset Rp100 Juta Per Bulan, Ini Kisah Lilis Bangun Rumah Impian dari Usaha Ternak Cacing

Selasa, 11 Maret 2025 - 14:41 WIB

Perkuat Konektivitas Sepanjang Jalur Mudik, Indosat Ooredoo Hutchison Gelar Ekspedisi Jaringan Andal

Selasa, 11 Maret 2025 - 12:56 WIB

Pertamina – Pindad Jalin Kerja Sama Tumbuhkan Ekosistem Industri Migas

Senin, 10 Maret 2025 - 15:57 WIB

Suzuki Sigap Tawarkan Solusi Free Towing Sebagai Wujud Kepedulian Terdampak Banjir di Bekasi

Senin, 10 Maret 2025 - 10:10 WIB

Samsung Galaxy S25 Series Bisa Ubah Foto, Teks, Sketsa Jadi Gambar

Minggu, 9 Maret 2025 - 17:15 WIB

Sempat Ditutup, Jalur Kereta Api Antara Stasiun Gubug – Stasiun Karangjati Kembali Dibuka

Berita Terbaru